BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini semakin pesat, terutama dalam bidang
fisika, Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika
juga memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras
berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta
pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa
pemahaman yang baik tentang fisika.
Dari sudut pandang
pengklasifikasian bidang ilmu pengetahuan,
fisika termasuk ke dalam ilmu eksakta yang lebih memerlukan pemahaman
dibandingkan hafalan. Untuk dapat memahami suatu pokok bahasan dalam fisika, siswa harus benar-benar menguasai konsep-konsep dalam setiap pokok bahasan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nyoman Kartiyasa (2003) bahwa fisika adalah ilmu yang lebih banyak memerlukan pemahaman daripada penghafalan.
fisika termasuk ke dalam ilmu eksakta yang lebih memerlukan pemahaman
dibandingkan hafalan. Untuk dapat memahami suatu pokok bahasan dalam fisika, siswa harus benar-benar menguasai konsep-konsep dalam setiap pokok bahasan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nyoman Kartiyasa (2003) bahwa fisika adalah ilmu yang lebih banyak memerlukan pemahaman daripada penghafalan.
Selain itu, menurut Budi Purwanto
(2003) kunci keberhasilan belajar fisika adalah menyenangi fisika. Siswa akan menyenangi fisika jika ia memahami
konsep-konsep fisika dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, hal
pertama yang harus dilakukan oleh guru fisika adalah megenalkan dan menjelaskan
konsep-konsep fisika serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, baru
kemudian hitung-hitungan fisika. Perlu diingat, dalam pembelajaran guru harus
mengembangkan metode sedemikian rupa sehingga siswa aktif. Keaktifan siswa
sangat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Keberhasilan yang
dimaksud di sini adalah siswa dapat mengkonstruk konsep-konsep fisika dengan
bahasanya sendiri dan mampu mengaplikasikannya serta mengembangkan
konsep-konsep fisika untuk menyelesaikan soal-soal atau memecahkan
masalah-masalah fisika.
Dari kedua
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fisika merupakan
pembelajaran yang menitik beratkan kepada pemahaman konsep sedangkan hafalan
merupakan hal yang tidak terlalu penting karena dengan pemahaman suatu konsep
maka dengan sendirinya konsep tersebut dapat dihafal.
Kemampuan memahami konsep
merupakan faktor penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal
tersebut terutama pada saat para siswa harus memahami konsep-konsep dasar dari
mata pelajaran yang biasanya dinyatakan dalam bentuk narasi. Di samping itu,
kemampuan mengartikan lainnya yang dibutuhkan para siswa SMP dalam mempelajari
mata pelajaran tersebut adalah kemampuan menunjang belajar siswa membaca
(memahami) maksud materi (definisi), konsep, keterkaitan antara konsep yang
satu dengan yang lainnya. Agar mereka dapat memahami isi dan kandungan mata
pelajaran fisika.
Tujuan pendidikan dapat tercapai jika siswa melibatkan
dirinya secara aktif dalam kegiatan belajar baik fisik, mental maupun
emosional. Tetapi dalam kenyataannya hal tersebut kurang diperhatikan oleh
tenaga pendidik dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Kebanyakan guru
mementingkan target agar materi ajar habis tepat pada waktunya tanpa
memperhatikan pemahaman terhadap materi yang diajarkan. Guru hanya memberikan
penjelasan tentang suatu materi kemudian siswa diberikan latihan atau pekerjaan
rumah (metode konvensional) dan begitu
berulang seterusnya. Tidak ada variasi dalam pemilihan metode pembelajaran,
padahal banyak alternatif metode
pembelajaran yang dapat dapat digunakan agar semua siswa menjadi aktif, kreatif, dan
terbiasa berpikir kritis. Dengan kata lain, dalam proses belajar di kelas,
siswa tidak lagi ditempatkan sebagai objek yang hanya menerima perlakuan tetapi
menempatkan siswa sebagai subjek yang berati siswa dilibatkan secara aktif
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dan guru berperan sebagai moderator,
fasilitator, mediator dan motivator sehingga pada akhirnya siswa mampu
menguasai materi yang diajarkan dengan baik dan dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
Metode
Pembelajaran Course
Review Horay
merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Metode Pembelajaran Course
Review Horay, merupakan
salah satu pembelajaran kooperatif dengan
cara pengelompokkan siswa
ke dalam kelompok-kelompok kecil.
Metode Course
Review Horay merupakan
suatu pembelajaran dengan permainan yang menggunakan kotak yang
diisi dengan nomor soal dan siswa mengerjakan soal dengan nomor yang terdapat pada kotak
tersebut. Soal yang diberikan dapat berupa soal yang bersifat pemecahan masalah. Siswa yang
paling dahulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak “horay” atau yel-yel
lainnya.
Pada
pembelajaran Course
Review Horay aktivitas
belajar lebih
banyak berpusat pada siswa. Dalam hal ini pada proses pembelajaran guru hanya bertindak sebagai penyampai informasi, fasilitator dan pembimbing. Suasana belajar dan interaksi yang menyenangkan membuat siswa lebih menikmati pelajaran sehingga siswa tidak mudah bosan untuk belajar. Hal ini dapat memupuk minat dan perhatian siswa dalam mempelajari fisika, yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
banyak berpusat pada siswa. Dalam hal ini pada proses pembelajaran guru hanya bertindak sebagai penyampai informasi, fasilitator dan pembimbing. Suasana belajar dan interaksi yang menyenangkan membuat siswa lebih menikmati pelajaran sehingga siswa tidak mudah bosan untuk belajar. Hal ini dapat memupuk minat dan perhatian siswa dalam mempelajari fisika, yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Dengan penerapan
metode pembelajaran Course
Review Horay ini pembelajaran fisika yang
menyenangkan tersebut sedikit
banyak dapat terealisasikan, karena melalui metode pembelajaran
tersebut siswa diajak untuk belajar sambil bermain. Dalam bermain tidak dapat
dilakukan seorang diri, karena itu
dibutuhkan teman ataupun kelompok bermain. Dalam penerapannya metode pembelajaran Course Review Horay, siswa akan dikelompokkan dalam
kelompok-kelompok kecil.
Dari
penjelasan di atas terlihat bahwa minat siswa terhadap pembelajaran merupakan salah satu hal
yang penting. Apabila siswa sudah berminat dengan pembelajaran maka pasti akan
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Hasil
penelitian pendahuluan dalam kenyataannya di SMP Negeri 1 Unter Iwes masih
ditemukan para guru yang menggunakan metode konvensional yaitu metode
pembelajaran dengan memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran kemudian
siswa diberikan soal sebagai latihan ataupun sebagai pekerjaan rumah, tidak ada
variasi dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian tentunya berdampak pada siswa, siswa akan cepat bosan dalam mengikuti
proses pembelajaran karena bentuk pembelajaran itu saja yang berulang di
dapatkan, pembelajaran konvensional ini juga otomatis kurang melibatkan siswa
secara langsung dalam proses pembelajaran padahal kurikulum sekarang menuntut
untuk melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Selain itu
sebagian besar orang tua murid yang kurang dapat mengimbangi materi
pembelajaran di sekolah sehingga tidak dapat member masukan kepada siswa yang
pada akhirnya hanya siswa sendiri yang mencari solusinya. Akibatnya prestasi
belajar siswa pelajaran IPA Terpadu khususnya materi besaran dan satuan pada
tahun pelajaran sebelumnya yaitu tahun 2011/2012 rata-rata nilai siswa kelas
VII adalah 5,7 sehingga peneliti terdorong untuk meneliti masalah yang tertuang
dalam judul “pengaruh penerapan metode Course Review Horay terhadap prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran fisika SMP Negeri 1 Unter Iwes Tahun Pelaajaran 2012/2013”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka
peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1.
Metode pembelajaran yang digunakan
oleh guru masih kurang bervariasi;
2.
Siswa kurang dilibatkan secara
langsung dalam proses pembelajaran, sehingga kurang aktif.
C. Batasan Masalah
Mengingat terbatasnya
kemampuan, waktu, tenaga dan biaya maka ruang lingkup penelitian ini terbatas
pada:
1. Subyek penelitian terbatas
pada siswa kelas VII SMP N 1 Unter Iwes Tahun Pelajaran 2012/2013;
2. Waktu penelitian terbatas pada semester ganjil Tahun Pelajaran
2012/2013;
3. Materi pembelajaran terbatas
pada pokok
bahasan besaran dan satuan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan
permasalahan yang akan diteliti yaitu ”Apakah ada pengaruh penerapan metode course review horay terhadap prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran fisika SMP Negeri 1 Unter Iwes Tahun
Pelajaran 2012/2013?”
E.
Tujuan
Penelitian
Agar penelitian ini menjadi terarah
maka perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan penelitiannya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan metode course review horay terhadap prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran fisika SMP Negeri 1 Unter Iwes Tahun Pelajaran 2012/2013.
F.Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoretis
Hasil penelitian ini, diharapkan
berguna untuk memperluas khasanah ilmu pengetahuan tentang pengaruh penerapan
metode course review horay terhadap
prestasi belajar siswa, serta diharapkan dapat mendorong para ahli pendidikan
untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam mengenai pengaruh penerapan
metode course review horay terhadap prestasi
belajar siswa yang belum lengkap dalam penelitian ini.
2. Secara praktis
a. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat berguna bagi Dinas Pendidikan Nasional untik lebih
meningkatkan upaya pembinaan terhadap mutu pendidikan, khususnya pengembangan
profesional guru dalam penerapan ilmu dan penggunaan metode pembelajaran;
b. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat berguna bagi kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam rangka
melaksanakan tugas sebagai supervisor maupun dalam merancang dan melaksanakan
pelayanan dan pembinaan profesional guru;
c. Hasil penelitian ini
diharapkan berguna bagi guru yaitu sebagai acuan dalam memilih metode
pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran fisika di
wilayah Kabupaten Sumbawa dalam rangka perbaikan, perbaharuan dan peningkatan
metode pembelajaran;
d. Hasil penelitian ini diharapkan
agar penggunaan metode course review
horay dapat menarik minat siswa pada kegiatan belajar sehingga memperoleh
prestasi belajar yang optimal sesuai tujuan yang telah ditentukan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan
Tentang Metode Course Review Horay
Metode Course
Review Horay merupakan
suatu metode pembelajaran dengan permainan yang menggunakan kotak
yang diisi dengan soal dan diberi nomor
untuk menuliskan jawabannya. Siswa yang paling dahulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay atau yel-yel
lainnya. Metode pembelajaran ini dapat mendorong siswa untuk ikut aktif dalam
belajar fisika.
Menurut Budi Santoso (2011) metode Course Review Horay merupakan salah
satu metode pembelajaran
kooperatif yaitu kegiatan
belajar mengajar dengan cara pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok
kecil. Selain itu, Course
Review Horay menjadi
salah satu alternatif
pembelajaran yang mengarah pada pemahaman
konsep.
Dalam aplikasinya
metode pembelajaran Course
Review Horay tidak hanya menginginkan siswa untuk
belajar keterampilan dari sisi akademik, namun juga
beberapa aspek kehidupan.
Novie
Dheviana (2011) menyatakan
bahwa pembelajaran
dengan metode Course
Review Horay
juga melatih siswa untuk mencapai tujuan-tujuan hubungan
sosial yang pada
akhirnya mempengaruhi prestasi akademik siswa. Pembelajaran seperti
ini dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif yang
melahirkan sifat ketergantungan yang positif antar
sesama siswa, penerimaan terhadap perbedaan individu
dan mengembangkan keterampilan
bekerjasama antar kelompok.
Kondisi ini akan memberikan kontribusi
yang cukup berarti untuk
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep
dalam fisika. Pada akhirnya setiap siswa dalam kelas dapat mencapai hasil belajar
yang maksimal.
Agus
Suprijono (2009: 129) menjabarkan langkah-langkah dalam penerapan metode Course Review Horay, yaitu sebagai berikut:
1.
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2.
Guru mendemonstrasikan/ menyajikan materi.
3.
Memberikan kesempatan siswa tanya jawab.
4.
Untuk menguji pemahaman, siswa
disuruh membuat kotak 9/ 16/ 25 sesuai dengan
kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa.
3. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam
kotak yang nomornya disebutkan guru dan
langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (√) dan salah diisi tanda silang (x).
4. Siswa yang sudah mendapat tanda √ vertikal atau
horisontal, atau diagonal harus segera berteriak hore … atau yel-yel lainnya.
5. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar dan
jumlah hore yang diperoleh.
6. Penutup.
Berdasarkan
penjelasan yang telah diuraikan di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
metode Course
Review Horay merupakan
suatu metode pembelajaran menggunakan
permainan dengan berkelompok, siswa dapat meluapkan ekspresi
kegembiraannya dalam menyelesaikan
soal-soal yang diberikan. Hal ini dapat
memicu siswa lain untuk berusaha lebih keras dalam mengerjakan soal sehingga
mereka dapat merasakan kepuasan yang sama.
Di dalam suatu
metode pembelajaran tentu metode tersebut tidak lepas dari kekurangan dan
kelebihan. Menurut Budi Santoso (2011) kelebihan dari
metode course review horay adalah: a)
pembelajarannya menarik dan mendorong siswa untuk dapat terjun
kedalamnya; b) pembelajarannya tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan
sehingga suasana tidak menegangkan; c) siswa lebih semangat belajar karena
suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan; d) melatih kerjasama. Sedangkan
kelemahan dari metode ini adalah: a) siswa aktif dan pasif nilainya disamakan;
b) adanya peluang untuk curang.
B.
Tinjauan
Tentang Prestasi Belajar
1.
Pengertian
prestasi belajar
Menurut Sutratinah
Tirtonegoro (1984: 4) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah penilaian
hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol angka, huruf
maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap
anak didik dalam periode tertentu.
Menurut Admin (2010) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan
perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Menurut Muhibin Syah (2011) menerangkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang penting dan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi
sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang
berdimensi karsa.
Berdasarkan
uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan
kegiatan belajar siswa dalam menguasai sejumlah mata pelajaran selama periode
siswa dalam menguasai sejumlah mata pelajaran selama periode tertentu yang
dinyatakan dalam nilai baik berbentuk rapor dan laporan lain seperti nilai mid
semester, angka mid semester tersebut mencerminkan keberhasilan seseorang dalam
kegiatan belajarnya.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Menurut Abu Ahmad dan Widodo Supriono (2004: 138) prestasi belajar yang
dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang
mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri
(faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu
murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.
Menurut Slameto (2002: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan
ekstern. Yang termasuk dalam faktor intern adalah:
a)
Faktor jasmaniah
1. Faktor kesehatan
Proses belajar
seseorang akan tergangu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu ia juga
akan cepat lelah, kurang bersemangat, cepat pusing, ngantuk jika badannya
lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan/kelainan-kelainan fungsi alat
indranya serta tubuhnya.
2. Cacat tubuh
b) Faktor psikologis meliputi:
(1) intelegens; (2) perhatian; (3) minat;
(4) bakat; (5) motif; (6) kematangan; (7) kesiapan.
c)
Faktor kelelahan
1. Kelelahan jasmani
Kelelahan
jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk
membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan subtansi
sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.
2. Kelelahan rohani
Kelelahan
rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan
dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
Sedangkan yang termasuk faktor
ekstern adalah:
a) Faktor keluarga meliputi: (1)
cara orang tua mendidik; (2) relasi antar anggota keluarga; (3) suasana rumah;
(4) keadaan ekonomi keluraga; (5) Pengertian orang tua; (6) Latar belakang
kebudayaan.
b) Faktor sekolah meliputi: (1) metode
mengajar; (2) kurikulum; (3) relasi guru dan siswa; (4) relasi siswa dengan
siswa; (5) disiplin sekolah; (6) alat pelajaran; (7) waktu sekolah; (8) keadaan
gedung; (9) metode belajar; (10) tugas rumah.
c) Faktor masyarakat
meliputi: (1) kegiatan siswa dalam
masyarakat; (2) mass media; (3) teman bergaul; (4) bentuk kehidupan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar sangat
tergantung pada dua faktor utama diantaranya faktor intern yaitu faktor yang
ada dalam diri individu dan faktor ekstern faktor yang ada di luar individu. Keduanya merupakan satu
paket yang tidak dapat dipisahkan dan saling berpengaruh.
C.
Tinjauan Tentang Pembelajaran
Fisika
Menurut Sumiati dan Asra (2009: 38) secara umum
belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan prilaku, akibat interaksi
individu dengan lingkunagan. Jadi perubahan prilaku adalah hasil belajar.
Artinya seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang
tidak dapat dilakukan sebelumnya.
Menurut Gagne, 1984 (Udin S. Winataputra. dkk: 2005)
belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah prilakunya sebagai
akibat pengalaman.
Menurut Nani Nurifah (2011) pengertian belajar secara
singkat adalah adanya perubahan perilaku yang relatif tetap sebagai hasil
adanya pengalaman. Pada hakikatnya, belajar adalah suatu proses kejiwaan yang
terjadi dalam diri individu. Apabila proses belajar berjalan dengan baik, maka
hasil belajar yang didapat pun akan baik pula.
Berdasarkan
keterangan di atas tergambar bahwa belajar merupakan suatu proses dalam
memperoleh pengalaman atau pengetahuan yang baru yang menghasilkan perubahan tingkah
laku ke arah yang lebih baik, sehingga seseorang yang akan belajar mengalami
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dibandingkan sebelum mengalami
proses belajar. Hal ini tidak terlepas dari usaha individu itu dalam
berinteraksi dengan individu lainnya dan lingkungannya.
Keterlibatan
siswa secara aktif dalam pembelajaran baik secara fisik maupun mental mampu
memberikan kontribusi terhadap hasil belajar secara optimal. Menurut Nani Nurifah, 2011 pembelajaran merupakan proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Sehingga,
dalam pembelajaran terkandung lima konsep dasar yaitu interaksi, peserta didik,
pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar.
Berdasarkan
pengertian tentang pembelajaran di atas, maka pembelajaran fisika hendaknya
selalu melibatkan siswa secara aktif guna mengembangkan kemampuan siswa antara
lain kemampuan mengamati, mengaplikasikan konsep dan melaksanakan penelitian
serta mengkomunikasikan hasil penemuan. Pembelajaran dengan menggunakan model course
review horay mengharapkan siswa mampu belajar aktif dan dapat menggali
lebih banyak konsep-konsep yang sedang dipelajari. Pembelajaran fisika
merupakan suatu proses belajar yang menuntut siswa untuk lebih banyak melakukan
kegiatan melalui pengamatan terhadap fakta.
Salah satu cara
guru untuk mewujudkan pembelajaran fisika yang benar-benar dapat mengembangkan
kemampuan siswa adalah dengan menerapkan suatu pembelajaran yang dapat
memotivasi siswa belajar secara aktif. Siswa akan termotivasi belajar bila ia
mengetahui apa manfaat dari pelajaran itu dan dapat bekerjasama dengan teman. Hal ini merupakan prinsip dari pembelajaran
kooperatif.
D. Tinjauan Materi Pembelajaran Besaran dan Satuan
Tinjauan materi
besaran dan satuan di SMP Negeri 1 Unter Iwes tentang materi pembelajaran
besaran dan satuan. Pokok pembahasan besaran dan satuan dibagi atas beberapa
sub pokok pembahasan yaitu: Besaran dan satuan.
1. Pengertian Besaran
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat
diukur atau dihitung, dinyatakan dengan angka dan mempunyai satuan (Sandy
Hermawan. 2012 : 2).
Dari
pengertian ini dapat diartikan bahwa sesuatu itu dapat dikatakan sebagai
besaran harus mempunyai 3 syarat yaitu: (1) dapat diukur atau dihitung, (2)
dapat dinyatakan dengan angka-angka atau mempunyai nilai, (3) mempunyai sauan.
Bila ada satu saja dari syarat tersebut diatas tidak dipenuhi maka sesuatu itu
tidak dapat dikatakan sebagai besaran.
Menurut Baromeus Rudi (2012) Besaran berdasarkan cara
memperolehnya dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu :
1) Besaran Fisika yaitu
besaran yang diperoleh dari pengukuran. Karena diperoleh dari pengukuran maka
harus ada alat ukurnya. Sebagai contoh adalah massa. Massa merupakan besaran
fisika karena massa dapat diukur dengan menggunakan neraca.
2) Besaran non Fisika
yaitu besaran yang diperoleh dari penghitungan. Dalam hal ini tidak diperlukan
alat ukur tetapi alat hitung sebagai misal kalkulator. Contoh besaran non
fisika adalah Jumlah.
Menurut Sumarwan (2007: 4)
besaran Fisika sendiri dibagi menjadi 2
1) Besaran Pokok adalah
besaran yang ditentukan lebih dulu berdasarkan kesepatan para ahli fisika. Besaran
pokok yang paling umum ada 7 macam yaitu Panjang (m), Massa (kg), Waktu (s),
Suhu (K), Kuat Arus Listrik (A), Intensitas Cahaya (cd), dan Jumlah Zat (mol).
Besaran pokok mempunyai ciri khusus antara lain diperoleh dari pengukuran
langsung, mempunyai satu satuan (tidak satuan ganda), dan ditetapkan terlebih
dahulu.
2) Besaran Turunan adalah
besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Besaran ini ada banyak macamnya
sebagai contoh gaya (N) diturunkan dari besaran pokok massa, panjang dan waktu.
Volume (meter kubik) diturunkan dari besaran pokok panjang, dan lain-lain.
Besaran turunan mempunyai ciri khusus antara lain : diperoleh dari pengukuran
langsung dan tidak langsung, mempunyai satuan lebih dari satu dan diturunkan
dari besaran pokok.
2. Pengertian Satuan
Satuan
adalah ukuran dari suatu besaran yang digunakan untuk mengukur (Sandy Hermawan.
2012 : 4).
Menurut
Sandy Hermawan (2012: 2) besaran berdasarkan arah dapat dibedakan menjadi 2
macam
a.
Besaran vektor adalah besaran yang mempunyai nilai dan arah sebagai
contoh besaran kecepatan, percepatan dan lain-lain.
b.
Besaran sekalar adalah
besaranyang mempunyai nilai saja sebagai contoh kelajuan, perlajuan dan
lain-lain.
3. Satuan Sistem Internasional
Sistem satuan internasional (SI) adalah sistem
satuan yang paling banyak digunakan diseluruh dunia, yang berlaku secara
internasional (Sandy Hermawan, 2012: 3). Satuan SI dipergunakan untuk
memperoleh kemudahan-kemudahan, sebagai berikut:
a.
Dalam SI, setiap besaran hanya
memiliki satu satuan pokok. Satuan-satuan yang lebih besar atau lebih kecil
dihubungkan dalam satuan pokok dengan member awalan.
b.
Satuan SI berdasarkan sistem
decimal, yaitu dengan kelipatan 10.
4. Konversi Satuan Panjang, Massa
dan Waktu
Menurut Sumarwan, dkk (2007: 8) Konversi
satuan-satuan dalam SI melalui tangga konversi adalah sebagai berikut:
a.
Konversi bilangan menuruni tangga
konversi
1) jika turun satu langkah bilangan asal harus dikalikan 10
contoh:
apabila satuan asal meter (m) dikonversikan ke dalam satuan desimeter (dm),
maka harus memulai 1 tangga konversi, sehingga harus dikalikan 10, jadi 1 m= 1
x 10 dm = 10 dm
2)
jika turun dua langkah bilangan
asal harus dikalikan 100
contoh: apabila satuan asal meter (m) dikonversikan
ke dalam satuan sentimeter (cm), maka harus melalui dua tangga konversi,
sehingga harus dikalikan 100 jadi, 4,5 m = 4,5 x 100 cm = 450
b.
Konversi bilangan menaiki tangga
konversi
1)
Jika naik satu tangga bilangan
asal harus dibagi 10.
Contoh:
apabila satuan asal dekagram (dag) dikonversikan ke dalam satuan hectogram
(hg), maka harus melalui 1 tangga konversi sehingga harus dibagi 10. Jadi, 1
dag = 1 : 10 hg = 0,1 hg.
2)
Jika naik dua tangga, bilangan
asal harus dibagi 100.
Contoh:
apabila satuan asal g (gram) dikonversikan ke dalam satuan hg (hektogram), maka
harus melalui dua tangga konversi, sehingga harus dibagi 100. Jadi, 500 g = 500
: 100 hg = 5 hg.
c.
Konversi satuan waktu
Satuan
waktu telah ditetapkan secara internasional, yaitu sebagai berikut:
1
hari = 24 jam
1
jam = 60 menit
1
menit = 60 detik (sekon)
d.
Konversi Besaran Turunan
1)
Satuan luas
Untuk menentukan luas persegi panjang,
pengukuran dilakukan secara tidak langsung yaitu sebagai berikut :
Luas persegi panajang = panjang x lebar = m x m
= m2
2)
Satuan Volume
Untuk
menentukan volume balok, pengukuran dilakukan secara tidak langsung sebagai
berikut :
Volume
balok = panjang x lebar x tinggi = m x m x m = m3
3)
Satuan kecepatan
Besaran
kecepatan dapat diukur secara langsung dengan spidometer yang biasanya
terpasang pada motor atau mobil. Pengukuran besaran kecepatan secara tidak
langsung dapat dilakukan dengan mengukur jarak (panjang) dan mengukur waktu
tempuh, misalnya jarak dalam satuan km dan waktu dalam satuan jam, sehingga
dapat di tuliskan sebagai berikut:
Kecepatan
= jarak/ waktu = km/ jam
Apabila
satuan km/ jam dikonversikan ke dalam satuann m/s, maka cara mengubahnya adalah
sebagai berikut:
1
km/ jam = 1km/ 1 jam = 1000 m/ 3600 s = 0,2777 m/s
Jadi
1 m/s = 1/ 0,2777 x 1 km/ jam = 3,6 km/ jam
(sumarwan,
2007: 9).
E. Kerangka Berpikir
Tujuan pendidikan dapat tercapai
jika siswa melibatkan dirinya secara aktif dalam kegiatan belajar
baik fisik, mental maupun emosional. Tetapi dalam kenyataannya hal
tersebut kurang diperhatikan oleh tenaga pendidik dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar. Kebanyakan guru mementingkan target agar materi ajar habis tepat
pada waktunya tanpa memperhatikan pemahaman terhadap materi yang diajarkan.
Guru hanya memberikan penjelasan tentang suatu materi kemudian siswa diberikan
latihan atau pekerjaan rumah (metode
konvensional) dan begitu berulang seterusnya. Tidak ada variasi dalam pemilihan
metode pembelajaran, padahal banyak alternatif
yang dapat gunakan untuk dapat melibatkan siswa secara langsung. Hal
tersebut tentunya kurang dapat memancing kemauan peserta didik untuk belajar
dan pada akhirnya dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa dalam belajar.
Metode
Pembelajaran Course
Review Horay
merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Metode Pembelajaran Course Review
Horay, merupakan
salah satu pembelajaran kooperatif dengan
cara pengelompokkan siswa
ke dalam kelompok-kelompok kecil.
Metode Course
Review Horay merupakan
suatu pembelajaran dengan permainan yang menggunakan kotak yang diisi dengan
nomor soal dan siswa mengerjakan soal dengan nomor yang terdapat pada kotak tersebut. Soal
yang diberikan
dapat berupa soal yang bersifat pemecahan masalah. Siswa yang paling dahulu
mendapatkan tanda benar langsung berteriak “horay” atau yel-yel lainnya.
Pada
pembelajaran Course
Review Horay aktivitas
belajar lebih
banyak berpusat pada siswa. Dalam hal ini pada proses pembelajaran guru hanya bertindak sebagai penyampai informasi, fasilitator dan pembimbing. Suasana belajar dan interaksi yang menyenangkan membuat siswa lebih menikmati pelajaran sehingga siswa tidak mudah bosan untuk belajar. Hal ini dapat memupuk minat dan perhatian siswa dalam pembelajaran, yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
banyak berpusat pada siswa. Dalam hal ini pada proses pembelajaran guru hanya bertindak sebagai penyampai informasi, fasilitator dan pembimbing. Suasana belajar dan interaksi yang menyenangkan membuat siswa lebih menikmati pelajaran sehingga siswa tidak mudah bosan untuk belajar. Hal ini dapat memupuk minat dan perhatian siswa dalam pembelajaran, yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Dengan penerapan
metode pembelajaran Course
Review Horay
ini pembelajaran yang
menyenangkan tersebut sedikit
banyak dapat terealisasikan, karena melalui metode pembelajaran
tersebut siswa diajak untuk belajar sambil bermain.
F.
Hipotesis
Penelitian
Menurut
Punaji Setyosari (2010: 92) harapan yang menyatakan ramalan atau prediksi hasil
yang diperoleh melalui penelitian itulah yang dikatakan sebagai hipotesis.
Secara umum, hipotesis dapat didefinisikan sebagai sesuatu prediksi (yang
mungkin terjadi) berkenaan dengan hasil penelitian. Sebuah pernyataan hipotesis
mengandung sebuah harapan yang (bisa saja terbukti atau tidak) dikemukakan oleh
peneliti berkaitan penelitian atau studi yang dilakukan.
Sedangkan
menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2010: 281) Hipotesis berisi dugaan, atau
perkiraan hubungan antar dua variable atau lebih dari dua variabel. Dengan
demikian hipotesis hanya berkenaan dengan satu tujuan yang bersifat
korelasional dan deskriptif. Hipotesis dirumuskan dalam kalimat pernyataan.
Berdasarkan
dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah suatu kesimpulan
atau jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, sehingga perlu
membuktikan kebenarannya melalui penelitian.
Hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah hipotesis kerja atau hipotesis alternative
(Ha) yaitu “bahwa ada pengaruh penerapan metode Course Review Horay terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fisika
di SMP Negeri 1 Unter Iwes Tahun Pelajaran 2012/2013”
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian quasi eksperimen, karena penelitian ini melihat pengaruh penerapan metode Course
Review Horay
terhadap prestasi belajar siswa, keduanya merupakan variabel dalan penelitian
ini. Pembelajaran dengan metode Course Review Horay sebagai
variabel bebas dan peningkatan prestasi
belajar siswa sebagai variabel terikat.
Selain itu, menurut Sugiono (2008: 74), penelitian quasi
eksperimen adalah jenis penelitian yang belum merupakan eksperimen
sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel dependen. Jadi hasil penelitian
yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh
variabel independen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya variabel
kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random.
Quasi
eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain pre-test dan post-test group Design. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 78) pola
dari pre-test dan post-test group design adalah sebagai berikut:
01 X 02
|
Di
dalam disain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen
dan sesudah eksperimen, observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (01)
disebut pre-test, dan observasi sesudah eksperimen (02) disebut
post-test. Perbedaan antara 01 dan 02 yakni 02 - 01 diasumsikan merupakan efek
dari treatmen atau eksperimen.
Dari
pemaparan di atas dapat disimpudalam
penelitian ini terdapat
kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Kondisi dari masing-masing kelompok akan dikontrol secara ketat, dimana siswa kelompok
eksperimen dijaga agar tidak memperoleh pembelajaran
yang diperoleh kelompok
eksperimen. Kelompok eksperimen memperoleh
perlakuan penerapan pembelajaran dengan metode Course Review
Horay, sedangkan
pada kelompok kontrol pembelajaran
fisika akan dilakukan
dengan metode konvensional. Pada kedua kelompok tersebut akan
dibandingkan tingkat prestasi belajar siswa.
B.
Subjek Penelitian
1.
Populasi
Populasi
adalah “kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian kita” Nana
Syodiah Sukmadinata (2010: 250). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:
108), populasi adalah keseluruhan subjeck penelitian.
Berdasarkan
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan dari
subyek yang menjadi sasaran untuk memperoleh informasi atau data terhadap
permasalahan yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dari SMP
Negeri 1 Unter Iwes Tahun Pelajaran 2012/2013 yang
berjumlah enam kelas yaitu kelas VII1, VII2, VII3 ,
VII4, VII5 dan VII6. Populasi tersebut diambil dengan pertimbangan anak usia
SMP yang baru beranjak dari SD, sehingga masih
senang dengan suatu pembelajaran yang bersifat permainan. Oleh karena itu,
metode Course Review Horay dirasa cocok sehingga
diharapkan dapat menambah minat belajar siswa.
2.
Sampel
Sampel
adalah “Sebagian atau wakil populasi yang diteliti” Suharsimi Arikunto (2002: 109). Sedangkan
menurut Sugiyono (2008: 81) sampel adalah jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut.
Dari
kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan perwakilan
dari suatu populasi yang mana dapat mewakili baik sifat maupun karakterisik
dari populasi tersebut. Untuk penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah cluster random sampling.
Menurut Punaji satyosari
(2010: 173) cluster random sampling
digunakan apabila populasi atau sampel yang tersedia adalah berupa unit-unit
atau rumpun-rumpun. Sedangkan menurut Bambang Prasetyo dan Jannah (2011: 132) cluster random sampling digunakan jika
sifat atau karakteristik kelompok adalah homogen. Menurut Sugiyono (2008:83)
teknik cluster random sampling digunakan
melalui dua tahap, yaitu tahap pertama
menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang
yang ada di daerah itu secara sampling juga. Dari ketiga pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa cluster random
sampling adalah teknik sampling yang digunakan untuk mengambil sampel dari
populasi yang berupa kelompok berkarakteristik homogen dan tahap pengambilannya
yaitu dengan menentukan sampel daerah terlebih dahulu kemudian baru menentukan
orang-orang yang ada di daerah itu secara sampling juga.
Adapun yang menjadi sampel dari kelas VII di SMP Negeri
1 Unter Iwes yang memiliki enam kelas diambil sebanyak dua kelas. Dari kedua kelas
tersebut kelas
VII1 denagn jumlah siswa 36 orang berperan sebagai kelas eksperimen,
yaitu kelas yang memperoleh perlakuan berupa pembelajaran dengan metode Course Review Horay, dan kelas VII2 dengan jumlah siswa 35 orang berperan
sebagai kelas kontrol, yaitu kelas yang tidak mendapat perlakuan khusus atau
mendapat perlakuan biasa dengan pembelajaran konvensional.
C.
Variabel
Penelitian
Variabel
penelitian menurut Sugiyono (2008: 38) adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.
Variabel
yang digunakan pada penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.
Menurut Sugiyono (2008: 39): a) variabel bebas adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat); b) variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Dari
penjelasan di atas tentang variabel bebas dan variabel kontrol dapat
disimpulkan bahwa:
1).
Yang menjadi variabel bebas adalah perlakuan
yang diberikan kepada siswa kelompok eksperiman yaitu metode pembelajaran course review horay.
2).
Variabel terikat adalah prestasi belajar siswa
setelah diberi perlakuan.
Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Data primer, yaitu data yang
langsung diambil oleh peneliti dari sumbernya yaitu data prestasi belajar fisika
siswa yang diajar dengan metode pembelajaran course review horay.
D.
Teknik Pengeumpulan Data
Teknik
pengumpulan data menurut Sugiyono (2008: 137) adalah cara-cara yang digunakan
untuk mengumpulkan data. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan pada
penelitian ini adalah:
1.
Metode
tes
Munurut
Suharsimi Arikunto (2009: 53) tes adalah merupakan alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan
aturan-aturan yang ditentukan.
Berlandaskan
pada pemaparan Suharsimi Arikunto (2002: 198) bahwa untuk manusia, instrument
yang berupa tes dapat dugunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian
atau prestasi. Untuk mengukur kemampuan dasar antara lain: tes untuk mengukur
intelegensi (IQ), tes minat, tes bakat khusus, dan sebagainya. Khusus untuk tes
prestasi belajar yang biasa digunakan di sekolah dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu: (1) tes buatan guru (2) tes standar.
Pengertian tes buatan guru dan tes standar
menurut Suharsimi Arikunto (2002:198) a) Tes
buatan guru yang disusun oleh guru dengan prosedur tertentu, tetapi belum
mengalami uji coba berkali-kali sehingga tidak diketahui ciri-ciri dan
kebaikannya; b) Tes berstandar
(standardized test) yaitu tes yang biasanya sudah tersedia dilembaga testing,
yang sudah terjamin keampuhannya. Tes terstandar adalah tes yang sudah
mengalami ujicoba berkali-kali, direvisi berkali-kali sehingga sudah dapat
dikatakan cukup baik.
Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah
tes buatan guru yang mana peneliti menyusun tes dengan prosedur tertentu yang akan diujicobakan sebelum pelaksanaan
penelitian. Uji coba yang dimaksud adalah uji validitas soal berguna untuk
mengetahui layak tidaknya soal tersebut digunakan, setelah mendapatkan soal
yang layak uji berikutnya dalah uji reliabilitas berguna untuk mengetahui soal
yang telah valid tersebut bisa dipercaya atau tidak. Setelah melalui kedua uji tersebut barulah
tes tersebut dapat digunakan.
Dalam teknik tes ini ada 2 teknik pengumpuan
data yang digunakan yaitu:
1)
Pretest
Pretest digunakan
untuk mengetahui homogenitas kedua kelas yaitu kelas VII1 sebagai
kelas eksperimen dan kelas VII2 sebagai
kelas kontrol.
Cara menentukan nilai akhir pretest tiap siswa :
2)
Post
Test
Post test digunakan
untuk mengetahui pengaruh penerapan metode course
review horay terhadap prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Unter
Iwes Tahun Pelajaran 2012/2013.
Cara
menentukan nilai akhir postest tiap
siswa :
2.
Metode
Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 206) metode
dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
legger, agenda, dan sebagaiya. Sedangkan menurut Sugiyono (2008: 240) dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bias berbentuk tulisan,
gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dari
kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode dokumentasi adalah
dokumentasi yang ditunjukkan atau memperoleh data langsung dari tempat
penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, pengaturan-pengaturan laporan
kegiatan, dan foto-foto. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jumlah siswa dan nama siswa kelas VII SMP Negeri 1 Unter Iwes Tahun Pelajaran
2012/2013. Data ini nantinya digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan
metode course review horai terhadapa
peningkatan prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Unter Iwes.
E.
Instrumen
Pengumpulan Data
Instrumen
penelitian menurut suharsimi arikunto (2002: 136) adalah alat atau fasilitas
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah.
Menurut Sugiyono (2008: 222) ada dua hal utama yang
mempengaruhi kualitas hasil penelitian yaitu kualitas instrument penelitian dan
kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kuantitaif, kualitas instrument
penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas
pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan secara tepat
dalam pengumpulan datanya. Sedangkan yang mempengaruhi pada penelitian
kualitatif adalah: a) instrumen penelitian: peneliti itu sendiri; b) instrumen
penelitian pada penelitian kualitatif.
Instrumen
penelitian yang digunakan tersebut adalah Tes Prestasi Belajar. Data dalam
penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes objektif (pilihan ganda). Tes
disusun berdasarkan kisi-kisi yang sesuai dengan indikator. Sebelum soal tes
tersebut diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol, soal tes tersebut
dicobakan dahulu pada kelas VII3 di SMP Negeri 1 Unter Iwes. Dalam
penelitian ini uji coba soal yang dilakukan di SMP Negeri 1 Unter Iwes kelas
VII3, dengan alasan siswa kelas VII3 mempunyai kemampuan
setara dengan kelas eksperimen maupun kontrol. Setelah dilakukan uji coba tes,
selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil yang telah diperoleh tersebut.
Hal ini bertujuan untuk menentukan soal yang baik dan yang jelek. Surapranata:
2004 (Harun Rasyid dan Mansyur (2009: 239) menyatakan bahwa “salah satu tujuan
dilakukannya analisis adalah untuk meningkatkan kualitas soal, yaitu apakah
suatu soal (1) dapat diterima karena didukung oleh data statistik yang memadai,
(2) diperbaiki, karena terbukti beberapa kelemahan, atau bahkan (3) tidak
digunakan sama sekali karena terbukti secara empiris tidak berfungsi sama
sekali”. Maka dapat disimpulkan dengan
analisis soal diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan untuk
mengadakan perbaikan.
Sebelum instrumen penelitian disusun, perlu
dibuat dulu kisi-kisi penyusunan instrumen tersebut. Kisi-kisi penyusunan
instrumen minimal memuat tiga komponen yaitu: variabel atau aspek yang akan
diukur/dihimpun datanya, teknik pengumpulan data, dan sumber data atau
responden.
Tabel kisi-kisi instrumen (tes)
STANDAR
KOMPETENSI
|
KOMPETENSI
DASAR
|
INDIKATOR
|
NO
SOAL
|
1.
Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajarai benda-benda
alam dengan menggunakan peralatan.
|
1.1.
Mendeskripsikan
besaran pokok dan besaran turunan beserta satuannya.
|
-
Mengindentifikasikan
besaran-besaran fisika dalam kehidupan sehari-hari kemudian
megelompokkan dalam besaran pokok dan turunan.
-
Menggunakan satuan Internasional dalam pengukuran.
-
Mengkonversi satuan panjang, masa, dan waktu secara
sederhana
|
1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 13
6, 11, 14,17
15, 16,
18, 19, 20
|
F.
Validitas
Tes dan Reliabelitas Instrumen Pengumpulan Data
1.
Validitas Tes
Validitas menurut Ngalim Purwanto (2002:137) adalah
kualitas yang menunjukkan hubungan antara suatu pengukuran (diagnosis) dengan
arti atau tujuan kriteria belajar atau tingkah laku. Suatu teknik evaluasi
dikatakan mempunyai validitas tinggi (disebut valid) jika teknik evaluasi atau
tes itu dapat mengukur apa yang sebenarnya akan diukur. Sedangakan validitas
menurut Mardapi, 2004 (Harun Rasyid dan Mansur, 2009: 133) adalah ukuran
seberapa cermat suatu tes melakukan fungsi pengukurannya. Tes hanya dapat
melakukan fungsinya dengan cermat kalau ada “sesuatu” yang diukurnya. Jadi
untuk dikatakan valid, tes harus mengukur sesuatu dan melakukannya dengan
cermat.
Dari kedua
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa syat validnya suatu tes adalah harus
ada yang diukur dan instrument atau alat untuk mengevaluasi suatu tes harus
valid pula. Setelah mendapatkan soal yang valid dan tidak maka langkah
selanjutnya adalah memakai soal yang valid untuk uji reliabilitas sedangkan
yang tidak valid tidak lagi digunakan (dibuang). Teknik yang digunakan untuk
mencari validitas dalam penelitian ini adalah rumus koefisien korelasi biserial:
Keterangan:
:
koefisien korelasi biserial.
Mp :
rerata dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya.
Mt :
rerata skor soal
St :
standar deviasi dari skor rotal
p : proporsi
yang menjawab benar
q :
proporsi siswa yang menjawab salah
( q = 1 – p)
(Suharsimi Arikunto, 2009: 79)
2.
Reliabilitas Tes
Releabilitas
atau keandalan menurut ngalim purwanto (2002: 139) adalah ketetapan atau
ketelitian suatu alat evaluasi. Sesuatu tes alat evaluasi dikatakan andal jika
ia dapat dipercaya, konsisten, atau stabil dan produktif. Jadi yang
dipentingkan di sini ialah ketelitiannya: sejauh mana tes atau alat tersebut
dapat dipercaya kebenarannya.
Sedangkan
menurut Suharsimi Arikunto (2009: 90) reliabilitas adalah ketetapan suatu tes
apabila diteskan kepada subjek yang sama.
Dari
kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sifat reliabel (keterandalan)
dari sebuah alat ukur berkenaan dengan kemampuan alat ukur tersebut memberikan
hasil yang konsisten dan stabil. Setelah mengetahui tes tersebut relibel maka
tes tersebut dapat langsung digunkan untuk melakukan pretes maupun postes dan
apabila tidak reliabel maka semua tes tersebut tidak dapat digunakan untuk
pretes maupun postes
Untuk menentukan indeks reliabilitas tes
dipakai rumus kuder-Richardson (K-R 21) yang dikemukankan oleh Suharsimi
Arikunto (2009: 101) :
Keterangan:
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
k = Banyaknya item
SB = Simpangan baku
p = proporsi subjek yang menjawab item
dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item
dengan salah (q = 1-p)
∑pq = jumlah hasil perkalian antata p dan q
G.
Uji
Homogenitas
Uji
homogenitas digunakan untuk menguji apakah sebaran data tersebut homogen atau
tidak, yaitu dengan membandingkan kedua variansnya. Jika dua kelompok data atau
lebih mempunyai varians yang besarnya sama, maka uji homogenitas tidak perlu
dilakukan lagi karena datanya sudah dianggap homogen. Uji homogenitas dapat
dilakukan apabila kelompok data tersebut dalam distribusi normal. Untuk
menentukan homogenitas, maka digunakan rumus uji F, yaitu:
Untuk
Kelas eksperimen.
Untuk
kelas kontrol.
Keterangan :
X = nilai kelas eksperimen
X = nilai kelas eksperimen
Y = nilai kelas kontrol
N =
jumlah siswa
∑ = jumlah
V = varian
SD =
standar deviasi
Jika
Fhitung < Ftabel maka kedua kelompok tersebut homogen dengan V1 =. derajat
kebebasan pembilang dan V2 = derajat kebebasan penyebut (V = N-1), (Sugiyono,
2008: 277). Seperti pendapat di atas bahwa uji homogenitas dilakukan untuk
mengetahui apakah kemampuan kelas kontrol dan kelas eksperimen sama. Apabila
homogen maka kedua kelas tersebut layak untuk dijadikan subjek eksperimen dan
bila tidak homogen maka harus mencari kelas lain yang mempunya kemampuan yang
sama (homogen).
H.
Uji
Normalitas
Uji
normalitas bertujuan untuk melihat apakah data sampel berdistribusi normal atau
tidak. Uji normalitas dicari dengan menggunakan rumus Chi-Kuadrat yaitu:
Keterangan
:
X2
= Chi-kuadrat
F0
= frekuensi yang diperoleh
berdasarkan data
Fh
= frekuensi yang diharapkan
Dimana f0 menyatakan frekuensi
yang diobservasi dan fh menyatakan frekuensi kurva normal teoritik.
Data terdistribusi normal jika x2hitung
lebih kecil dari x2tabel
pada taraf signifikasi 5 porsen dengan derajat kebebasan, dk = k-1, dimana k menyatakan
jumlah kelas interval, (Suharsimi Arikunto, 2002: 286). Apabila nantinya tes
tersebut normal maka dapat disimpulkan bahwa tes tersebut terdistribusi dengan
normal atau dengan kata lain ada peningkatan nilai siswa setelah diberikan
materi pembelajaran dan dapat dilanjutkan ke penghitungan uji t. Apabila tidak
maka tidak ada peningkatan nilai siswa setelah diberikan materi.
I.
Teknik
Analisis Data
Analisis
dilakukan untuk menentukan apakah prestasi belajar siswa kelas eksperimen yang
menggunakan metode pembelajaran course
review horay lebih baik daripada kelas kontrol yang menggunakan
pembelajaran konvensional. Untuk pengujiannya dilakukan dengan uji t dengan rumus
yang dikemukan oleh Suharsimi Arikunto (2002: 280) yaitu:
Keterangan
:
M = nilai rata-rata data hasil per
kelompok
N = banyaknya subjek
x = Deviasi setiap nilai x1
dan x2
y = Deviasi setiap nilai y1
dan y2
Ingat
Bahwa:
Nilai
dapat diperoleh
dari
Nilai
dapat diperoleh
dari
Bila Nx
= Ny, maka rumusnya adalah:
Langkah langkah analisi data adalah
sebagai berikut:
1.
Merumuskan Hipotesis Nol
Hipotesis
nol yang dirumuskan dalam penelitian ini bahwa tidak ada pengaruh penerapan
metode course review horay terhadap
prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Unter Iwes Tahun Pelajaran
2012/2013.
2.
Membuat table kerja
3.
Memasukkan data ke
dalam rumus
4.
Menguji Nilai t
Bila t
hitung lebih besar dari t tabel, maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis
alternatif diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penerapan
metode pembelajaran course review horay
terhadap prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Unter Iwes Tahun
Pelajaran 2012/2013.
5. Menarik kesimpulan
Dengan menerapkan
kriteria di atas, disimpulkan bahwa menerima atau menolak hipotesis nol yang
diajukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar